the death

begitu mendengar kabar kematian salah satu kerabat saya, tak lama kemudian saya pergi menuju rumah duka. di dalam mobil, saya sempat melirik kepada langit yang tampak berwarna biru cerah dengan sedikit awan putih, lalu melihat kendaraan berlalu lalang seperti biasanya. tidak ada yang aneh pada hari itu, semua normal.. kecuali hati kami yang rasanya seperti diiris.. 

.

dari kejauhan, tampaklah rumah besar yang biasanya sepi itu.. kini ramai. ada tenda terpasang, bendera hijau diikatkan di salah satu pilar pagar rumah itu. banyak bapak berpeci dan bermasker duduk di halaman rumah. saya lalu membantu menurunkan dus air mineral yang papa saya beli saat di perjalanan tadi. setelahnya, saya masuk ke dalam rumah.

di ruang tengah, terbaringlah jasadnya yang telah ditutupi dengan kain dan dikelilingi oleh banyak orang-mungkin anggota pengajian yang tak henti membacakan ayat suci. saya duduk. air mata saya perlahan menetes. saya ternyata tidak sanggup menahannya.

.

jujur, saya tidak terlalu dekat dengan almarhum. tapi beliau pernah sangat berjasa dalam hidup saya. saya sedikit banyak tau tentang apa yang telah dilalui olehnya. dan saya tambah menangis lagi.. 

saya mencoba sekuat tenaga untuk mengeluarkan suara selama menangis. rasanya sesak sekali..

.

.

seumur hidup, saya pernah mengikuti prosesi pemakaman sebanyak 4 kali, ini yang keempat. 

ini juga yang merupakan pemakaman paling menyayat hati, karena yang menghadiri hanya sedikit orang, dan anak-anak dari almarhum tidak ada yang datang-karena masih dalam perjalanan menuju ke kota ini. 

siang itu terik, matahari bersinar dengan tidak ada malunya di atas kami yang sedang pilu. 

masih terngiang banyaknya percakapan melalui telepon yang almarhum lakukan dengan papa saya selama beberapa tahun belakang ini. mulai dari hal- hal kecil seperti bertanya kabar, tentang obat, pisang, lampu, uang pensiun, fisioterapi dan pulsa.. masih ada riwayat pembelian pulsa ke nomor telepon almarhum di akun shopee saya. 

lalu air mata saya menetes. 

rasanya baru kemarin beliau terkena stroke sehabis pulang dari haji. rasanya baru kemarin juga beliau pamer medali emas yang didapat saat mengikuti lomba pidato tingkat nasional, lalu membantu saya menyelesaikan pidato untuk lomba yang saya ikuti dan pidato untuk acara perpisahan smp saya dulu.. 

saya menyesal karena tidak sempat membalas budi yang dilakukan almarhum. 

setelah pulang ke kampung halaman saya sejak kuliah libur maret 2020 kemarin, saya hanya berkunjung tiga atau empat kali ke rumah itu. dan rasanya sungguh mencekik leher ini tatkala saya mengingat betapa kesepiannya beliau tinggal di rumah itu hanya berdua dengan istrinya.. 

.

.

pikiran saya berkecamuk. 

inilah bagian tersedih dari menjadi dewasa.. saat melihat orang-orang yang dulu hadir di hidup kita, perlahan pergi. 

satu demi satu dari mereka pergi dengan meninggalkan segelintir memori kabur untuk diingat. 

kita yang ditinggalkan hanya bisa meratapi figura, memikirkan hari-hari baik dulu yang pernah dilewati bersama mereka. 

kenangan itu pun pada akhirnya akan memudar. 

hari akan terus berjalan dan kehidupan akan perlahan kembali normal seperti sedia kala, tetapi kita yang ditinggalkan akan terus memiliki lubang kehampaan di hati ini. 

memang pada akhirnya, kita akan ditinggalkan.. atau kita yang meninggalkan..

Comments

Popular posts from this blog

when i look into your eyes

Gundah

I hope your favorite people never turn into stranger